MSM Parking Group Siapkan 950 Ribu Device e-Parking dan 28 Ribu Barrier Gate untuk Ekspansi Nasional
JATIM TODAY - Pasar parkir Indonesia tengah memasuki babak baru. Perusahaan nasional MSM Parking Group mengumumkan rencana ekspansi masif dengan menyiapkan 950 ribu perangkat e-Parking (M-POS) dan 28 ribu barrier gate otomatis untuk dipasang di berbagai kota dalam tiga tahun ke depan.
Skala ini belum pernah ada sebelumnya di industri parkir Tanah Air, dan menandai ambisi MSM untuk menjadi pemain dominan di sektor digitalisasi parkir.
Parkir Jadi Infrastruktur Fiskal
Bagi MSM Parking Group, parkir bukan sekadar bisnis harian. Ia dilihat sebagai infrastruktur fiskal: instrumen yang bisa menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus memperbaiki tata kelola lalu lintas.
“Parkir itu denyut nadi kota. Kalau transparan dan modern, ia bisa jadi mesin PAD yang sehat, bukan sekadar pungutan,” ungkap manajemen MSM dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Model yang ditawarkan adalah Net Profit Sharing (bagi hasil bersih), di mana pemerintah daerah tidak perlu mengeluarkan modal awal (zero investment). MSM menyediakan perangkat, sistem, dan SDM; pemerintah menerima porsi keuntungan bersih.
Infrastruktur yang Disiapkan
Rencana MSM terbagi dalam dua kategori utama:
On-street (tepi jalan)
- Menggunakan M-POS e-Parking, yaitu perangkat genggam seperti mesin kasir digital.
- Setiap transaksi tercatat digital, bisa dibayar tunai maupun non-tunai (QRIS, e-wallet, kartu).
- Data transaksi langsung terhubung ke dashboard pusat.
- Memakai barrier gate otomatis lengkap dengan sensor loop, photo-beam, hingga kamera LPR (License Plate Recognition) di lokasi premium.
- Sistem prepaid card dan tiket digital dipadukan untuk mempercepat arus keluar-masuk.
Estimasi Anggaran: Triliunan Rupiah
Langkah besar ini tentu membutuhkan investasi raksasa. Berdasarkan estimasi harga perangkat di pasar Indonesia:
- M-POS e-Parking diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 3 juta per unit. Dengan target 950 ribu unit, nilai investasi bisa mencapai Rp 2,8–2,9 triliun.
- Barrier gate lengkap dengan instalasi rata-rata menelan ongkos Rp 46 juta per unit. Untuk 28 ribu unit, total biayanya mendekati Rp 1,29 triliun.
- Ditambah cadangan suku cadang dan kontinjensi sekitar 5 persen, total investasi perangkat mencapai Rp 4,4 triliun.
“Investasi ini memang besar, tapi potensi return juga sebanding. Setiap titik parkir bisa menyumbang puluhan hingga ratusan juta rupiah per tahun ke PAD bila dikelola transparan,” ujar seorang analis transportasi perkotaan yang dimintai pendapat.
Tahapan Implementasi
Agar tidak membebani arus kas, MSM menyiapkan roadmap bertahap:
- Fase A (tahun pertama): 150 ribu M-POS dan 6 ribu gate.
- Fase B (tahun kedua): 400 ribu M-POS dan 12 ribu gate.
- Fase C (tahun ketiga): total 950 ribu M-POS dan 28 ribu gate terpasang.
Pilot Project: Karimun dan Daerah Satelit
Sebagai langkah awal, MSM sudah memulai uji coba di Kabupaten Karimun sejak Agustus 2025. Sebanyak 52 titik parkir strategis kini dikelola dengan sistem digital. Karimun dipilih karena dianggap mewakili tantangan daerah menengah: kota berkembang dengan kebutuhan parkir tinggi, tapi PAD terbatas.
Dari sana, MSM berencana memperluas ke kota satelit besar seperti Batam, Pekanbaru, Bandung, dan Surabaya.
Potensi Pasar & Tren Global
Secara global, pasar smart parking diperkirakan tumbuh dengan CAGR 20–22 persen hingga 2030. Nilainya bisa melesat dari USD 9–11 miliar menjadi lebih dari USD 60 miliar pada 2034. Asia Pasifik disebut sebagai motor pertumbuhan utama, terutama karena urbanisasi cepat dan penetrasi kendaraan yang tinggi.
Indonesia sendiri, dengan 270 juta penduduk dan urbanisasi di atas 56 persen, dianggap sebagai lahan empuk.
“Jika Indonesia bisa mengelola parkir dengan standar digital, PAD kota-kota besar bisa naik miliaran rupiah per bulan. Saat ini kebocoran masih tinggi karena sistem manual,” jelas pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia.
Tantangan di Lapangan
Meski menjanjikan, langkah MSM tidak tanpa risiko.
- Biaya awal besar: butuh strategi pembiayaan kreatif agar modal tidak menekan arus kas.
- Penerimaan publik: masyarakat harus terbiasa dengan karcis digital dan pembayaran non-tunai.
- Integrasi regulasi: tiap daerah punya aturan berbeda soal retribusi.
- Reliabilitas jaringan: internet di beberapa kota kecil masih bermasalah.
Dampak Ekonomi
Bila rencana ini terealisasi, dampaknya bisa luas:
- PAD daerah naik: setoran bisa lebih transparan dan terukur.
- Kesempatan kerja: meski berbasis digital, ribuan operator lapangan tetap dibutuhkan.
- Efisiensi kota: data parkir real-time bisa dipakai untuk rekayasa lalu lintas.
- Ekosistem turunan: MSM membuka peluang kolaborasi dengan fintech, operator transportasi, hingga UMKM lokal.
Visi Pemilik
Owner MSM Parking Group, Yoel Liem Yusnarto, menegaskan bahwa langkah ini bukan hanya untuk bisnis, tapi juga kontribusi pada pembangunan daerah.
“Parkir digital akan jadi standar baru di Indonesia. Kami ingin setiap daerah bisa mandiri secara fiskal dengan parkir sebagai salah satu sumbernya. Dengan investasi perangkat masif ini, MSM siap menjadi mitra jangka panjang bagi pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Penutup
Dengan investasi lebih dari Rp 4 triliun, MSM Parking Group sedang membangun apa yang bisa disebut sebagai ekosistem parkir nasional. Langkah ini akan menguji kemampuan manajemen proyek, supply chain, hingga kolaborasi lintas daerah.
Jika berhasil, Indonesia bisa menjadi salah satu negara dengan sistem parkir digital paling luas di Asia Tenggara—dan MSM akan tercatat sebagai pionir yang meletakkan fondasinya.