TNI AL Masih Bungkam Soal Kematinan "Janggal" Lettu Laut Eko Damara
Lettu Eko Damara |
Kabar Jatim, Surabaya - TNI Angkatan Laut masih belum merespons ketidakpuasan pihak keluarga atas kematian Letnan Satu Dokter Eko Damara (30).
Temuan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko masih menjadi misteri.
TNI AL didesak untuk segera menjelaskan kasus tersebut seterang-terangnya untuk mengakhiri berbagai spekulasi dan kecurigaan publik.
Hingga Jumat (17/5/2024), belum ada keterangan resmi dari TNI AL mengenai persoalan tersebut. Pihak keluarga hanya diberitahu jika Lettu Eko Damara meninggal karena diduga bunuh diri.
Secara terpisah, Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (Isess), Khairul Fahmi, mengungkapkan, ketidakpuasan pihak keluarga atas informasi kematian Letnan Satu (Lettu) Dokter Eko Damara seharusnya bisa dijawab oleh pihak TNI AL.
Bukti-bukti yang dikumpulkan pihak keluarga sudah cukup bagi TNI AL untuk menginvestigasi ataupun membuka informasi.
”TNI AL seharusnya mengomunikasikan dengan baik apa yang terjadi, ketidakpuasan pihak keluarga pun harus direspons. Tanpa otopsi, apakah memang Lettu Eko Damara benar bunuh diri? Apakah mungkin ada hal lain yang terjadi?” ujar Fahmi saat dihubungi dari Jakarta, Jumat sore.
Menurut Fahmi, otopsi bakal dengan mudah mengungkap penyebab kematian Eko. Jika memang benar bunuh diri, TNI AL bisa menyelidiki soal kemungkinan penganiayaan dan potensi lainnya. Segala kejanggalan dalam proses kematian sebaiknya dicari titik terangnya.
Apabila memang ada keterlibatan prajurit lainnya, lanjut dia, seharusnya investigasi menjadi momen TNI AL untuk membersihkan institusinya. Jangan sampai prestasi segudang tertutupi akibat ketidakmampuan institusi mengungkap informasi. Upaya menjaga nama baik lewat penutupan informasi sudah tidak relevan lagi pada era modern.
”Kalau seperti ini, publik dan keluarga menjadi menduga-duga ada yang salah. Jangan sampai kasus ’Sambo’ berulang. Jangan sampai diamnya TNI AL ternyata dilatarbelakangi oleh upaya menutupi apa yang terjadi sesungguhnya,” ujarnya.
Ferdy Sambo bersama ketiga terpidana lain terlibat pembunuhan berencana terhadap Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat di rumah dinas Polri yang ditempati Sambo di kawasan Jakarta Selatan pada Juli 2022.
Di sisi lain, institusi pendidikan bintara TNI AL juga baru saja digemparkan saat salah satu calon siswanya, Iwan Sutrisman Telaumbanua (21), tewas dibunuh Sersan Dua Adan Adyan Marsal. Adan menutupi kematian Iwan selama 1,5 tahun. Baru terungkap akhir Maret lalu. Ternyata, Iwan tidak pernah lulus. Dia dibunuh dan dibuang ke jurang.
Fahmi menjelaskan, kematian Lettu Eko Damara merupakan kerugian bagi negara dan keluarganya. Saat pimpinan negara menggaungkan cita-cita untuk mencetak ribuan dokter militer, tetapi salah satu dokternya gugur tanpa adanya kejelasan.
”Saya berharap TNI AL bisa mengungkap sejelas-jelasnya, seterang-terangnya. Itu daerah konflik, segala hal bisa terjadi,” terangnya.
Kejanggalan
Eko bertugas di Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir di daerah konflik di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Dia seharusnya sudah pulang ke satuannya pada Mei ini, yakni Batalyon Kesehatan 1 Marinir, di Jakarta.
Namun, pada 27 April, keluarga mendapat kabar mengejutkan yang menyebut Eko meninggal karena bunuh diri. Jenazahnya lalu diterima keluarga di Medan pada 29 April. Sejak awal mendapat kabar, keluarga menaruh curiga.
Keluarga Eko mendapat kabar yang berbeda-beda dari pejabat Korps Marinir. Awalnya, Eko disebut bunuh diri dengan menembak kepala di kamar mandi di pos komando taktis (kotis) karena depresi akibat sakit malaria. Lalu, Eko disebut meninggal bunuh diri di kamar tidur karena terlilit utang.
”Atas kecurigaan itu, keluarga memeriksa kondisi jenazah Eko sebelum akhirnya dimakamkan. Saat kami membuka kain kafan, kami menemukan bekas luka tembak dari atas telinga kanan tembus ke kening kiri,” kata Dedi Pranajaya (39), abang kandung Lettu Eko, di Medan, Rabu (15/5/2024).
Paman Eko, Abdul Sattar Siahaan, menyesalkan langkah Korps Marinir yang tidak melakukan otopsi dan penyelidikan hukum.
”Sangat janggal jika seorang prajurit TNI ditemukan meninggal di kamarnya dengan luka tembak dan luka lebam, tetapi tidak ada penyelidikan hukum sama sekali. Lalu, cepat-cepat disimpulkan Eko mati karena bunuh diri tanpa dasar penyelidikan apa pun,” kata Sattar.
Sumber: kompas