Lettu Eko Damara Disebut Bunuh Diri karena Terlilit Hutang Hingga Ratusan Juta

Table of Contents

Lettu Eko Damara Disebut Bunuh Diri karena Terlilit Hutang Hingga Ratusan Juta

Kabar Jatim, Surabaya TNI Angkatan Laut akhirnya berbicara terkait kematian Letnan Satu Dokter Eko Damara (30) baru-baru ini. Bahkan, TNI AL menjelaskan tidak benarnya seluruh informasi mengenai kejanggalan wafatnya Letnan Satu Dokter Eko Damara seperti terdapat luka lebam dan ada sulutan api rokok pada tubuh korban.

Lettu Eko Damara disebutkan justru tewas bunuh diri setelah mengalami depresi karena terlilit utang ratusan juta yang kemungkinan dipakai untuk judi daring.

Dalam konferensi pers di Markas Korps Marinir, Jakarta, Senin (20/5/2024), Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Marinir) Endi Supardi mengatakan, dirinya mendapatkan info mengenai kondisi Eko Damara pada Sabtu, 27 April 2024.

Lettu Eko merupakan dokter di Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Mobile RI-PNG Yonif 7 Marinir. Ia disebut meninggal di Pos Komando Taktis Komando Rayon Militer Dekai Komando Distrik Militer 1715 Yahukimo karena bunuh diri.

”Saya mendengarkan, menerima berita. Saya perintahkan (kepada anak buah) coba cek, dalami sesegera mungkin informasi awal ini,” kata Endi.

Dalam konferensi pers di Markas Korps Marinir, Jakarta, Senin (20/5/2024), Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Marinir) Endi Supardi menampik dugaan adanya luka lebam pada tubuh Lettu Eko Damara. Eko Damara disebutkan tewas karena bunuh diri.

Untuk mendukung investigasi, TNI AL mengeluarkan surat perintah Komandan Korps Marinir Nomor Sprin/950/IV/2024 tanggal 28 April 2024 tentang pelaksanaan investigasi dan pengumpulan data atas meninggalnya Eko Damara.

Hasil Investigasi

Hasil investigasi itu menunjukkan bahwa pada Sabtu (27/4/2024) pukul 13.02 WIT, Eko Damara datang ke ruangan kesehatan di Pos Komando Taktis Komando Rakyon Militer Dekai. Ia memerintahkan Prada Mar Hasan dan Pratu Mar Agus yang ada di tempat tersebut untuk keluar ruangan karena ruangan akan dibersihkan.

Sesuai permintaan, Hasan dan Agus keluar ruangan. Pada pukul 13.06, Prada Mar Danu hendak memasuki ruangan kesehatan, tetapi ruangan tersebut dalam keadaan terkunci.

"Satu menit kemudian terdengar suara letusan senjata satu kali dalam ruang kesehatan," kata Endi Supardi.

Ia menjelaskan, Serda Mar Bagus segera melihat dari jendela untuk mengetahui apa yang terjadi.

Bagus melihat Eko Damara sudah dalam keadaan bersimbah darah dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan. Senjata SS2-V1 tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan dan laras senjata menyilang ke kiri di atas dada. Saat itu, tangan kanan Eko Damara masih memegang pistol grip.

Selanjutnya, Praka Mar Pasha, Pratu Mar Agus, dan Koptu Mar Rusmanto mendobrak ruang kesehatan yang terkunci. Di ruangan itu, Eko Damara sudah dalam keadaan bersimbah darah. Eko Damara, yang saat itu masih dalam keadaan hidup, sempat diberikan pertolongan pertama oleh sejumlah anggota TNI AL.

Setelah itu, pukul 13.10, Eko Damara dibawa ke RSUD Dekai untuk mendapatkan penanganan medis. Pukul 14.00, dokter jaga di RSUD Dekai, Dr April, menyatakan bahwa pasien Eko Damara tidak tertolong dan dinyatakan meninggal.

Pada hari yang sama, jenazah Eko Damara dibawa ke Masjid At-Taqwa Dekai Yahukimo untuk dimandikan dan diberikan formalin. Jenazah juga disemayamkan di Pos Komando Taktis untuk menunggu evakuasi pada Minggu (28/4/2024).

Muhammad Ilham, petugas yang memandikan jenazah di Masjid At-Taqwa, menyatakan, saat memandikan jenazah Eko Damara dirinya tidak melihat luka lebam dan sundut rokok.

"Tidak ada (luka lebam) yang kami lihat, baik di tangan, punggung, maupun mata," ujarnya, melalui wawancara secara daring di Yahukimo.

Jenazah Eko Damara kemudian dievakuasi menggunakan heli Caracal HT 7202 dari Dekai menuju Timika yang dilanjutkan dengan penerbangan pesawat komersial dari Timika menuju Medan yang transit di Jakarta selama 16 jam.

”Proses ini, perjalanan jenazah dari dari RSUD Dekai sampai di Medan, memakan waktu selama tiga hari. Sampai di Medan, saya memerintahkan agar anggota mengikuti proses pemakaman supaya keluarga merasa terhormat. Langkah-langkah penanganan jenazah dan pemakaman sudah sesuai prosedur. Kami berusaha memanusiakan anggota,” kata Endi.

Banyak Hutang

Ia menyebutkan, hasil investigasi mengungkapkan bahwa penyebab kematian Eko Damara adalah bunuh diri karena depresi terlilit banyak utang.

Hal itu diketahui dari penelusuran digital forensik yang menunjukkan catatan (notes) yang dituliskan Eko Damara di telepon genggamnya.

Dalam catatan itu, Lettu Eko Damara menyebutkan terlilit banyak utang. Dalam wawancara, keluarga dan rekan-rekannya juga menyebutkan bahwa Lettu Eko punya banyak utang.

"Total utang almarhum sebesar Rp 819.270.380. Di daerah operasi, utangnya Rp 177.324.400. Untuk habisnya dipakai apa, saya tidak bisa memastikan. Tetapi, dapat saya sampaikan beliau tidak membeli barang. Di handphone-nya, ada bekas aplikasi judi online," kata Endi.

Informasi mengenai kejanggalan wafatnya Eko Damara disampaikan pihak keluarga.

"Kami diberi tahu kalau Lettu Eko bunuh diri. Kami merasa hal ini sangat janggal karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa otopsi atau penyelidikan hukum," kata Dedi Pranajaya (39), kakak kandung Lettu Eko, di Medan, Rabu (15/5/2024).

Dedi mengatakan, pihak keluarga mendapatkan informasi bahwa Eko disebut bunuh diri dengan menembak kepala di kamar mandi di pos komando taktis karena depresi akibat sakit malaria. Lalu, Eko disebut meninggal bunuh diri di kamar tidur karena terlilit utang.

"Atas kecurigaan itu, keluarga memeriksa kondisi jenazah Eko sebelum akhirnya dimakamkan. Saat kami membuka kain kafan, kami menemukan bekas luka tembak dari atas telinga kanan tembus ke kening kiri," kata Dedi.

Endi mengakui bahwa pihaknya sempat menyebutkan bahwa Eko Damara sakit malaria.

"Kami sempat menyebutkan bahwa penyebab kematian itu karena sakit malaria akut. Itu kami sampaikan demi menjaga marwah almarhum di lingkungan keluarga," ujarnya.

Endi Supardi mengatakan, sebenarnya dirinya tidak ingin menyampaikan informasi kepada media massa karena ingin menjaga nama baik almarhum Lettu Eko Damara.

"Tetapi, seiring berjalannya waktu, dari keluarga mengambil langkah lewat media. Maka, kami harus menyampaikan informasi ini," ujarnya.

Endi menyayangkan keluarga menyampaikan kejanggalan wafatnya Eko Damara di media massa, padahal seluruh proses penanganan jenazah sudah sesuai prosedur. Bahkan, TNI AL sudah melakukan investigasi termasuk uji balistik untuk mengetahui penyebab tewasnya Eko Damara. Endi juga menampik ada luka lebam dan sundut rokok di tubuh Eko Damara.

"Satu hal yang kami tidak lakukan adalah otopsi jenazah karena Yahukimo itu daerah pedalaman dan tidak punya fasilitas otopsi. Tetapi, kami persilakan saja kalau keluarga ingin melakukan otopsi," kata Endi. (rel/kompas)